Jumat, 04 April 2014

Makalah Blended Learning

BLENDED LEARNING
Diajukan pada tanggal 03 Februari 2014 untuk melengkapi
 tugas Komunikasi dan TI Pendidikanyang dibina oleh
Asep Lilik F., S.Pd., M.P.Fis.




Oleh:
Neri Anggraini (1211207056)
Nindiya Anindita Sari (1211207057)
Novia Gilang Pratiwi (1211207059)
Nur Tahiyah (1211207060)
Pahmi Ubaidillah (1211207063)

PRODI PENDIDIKAN FISIKA
JURUSAN MIPA
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG
2014

KATA PENGANTAR

Puji serta syukur kehadirat Allah SWT. karena atas karunia-Nya makalah ini dapat diselesaikan dengan baik. Shalawat dan salam selalu tercurah kepada Nabi Muhammad SAW.
Kami ucapkan terimakasih kepada dosen Komunikasi dan TI Pendidikan yang dibina oleh Asep Lilik F., S.Pd., M.P.Fis. atas arahan yang telah diberikan.Selain itu, kepada  semua pihak yang turut membantu.
Makalah ini berisi penjelasan mengenai cara pembelajaran yang memadukan berbagai pendekatan mulai dari pendekatan konvensional hingga pendekatan media dan teknologi. Dalam penulisannya, kami menyadari terdapat kekurangan. Kami berharap kritik dan saran yang membangun sehingga dapat  memperbaiki segala kekurangan. Semoga makalah ini dapat memberi manfaat.

Bandung, 03 Februari 2014

                                                                                    Penyusun


DAFTAR ISI




BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Pada era teknologi saat ini, hampir semua aktifitas manusia membutuhkan bantuan perangkat canggih yang dapat dengan mudah membantu aktifitasnya. Tak terkecuali aktifitas pembelajaran di lembaga formal, informal, maupun nonformal. Bahkan dalam kurikulum 2013 yang belum lama ini diberlakukan, kegiatan penggunaan teknologi harus selalu terintegrasi dalam kegiatan pembelajaran pada setiap matapelajaran di sekolah. Hal ini tentu mengisyaratkan kepada para pendidik maupun calon pendidik agar mampu menerapkan cara belajar dengan pemanfaatan teknologi yang mutakhir. Artinya, pendidik atau calon pendidik harus “melek” teknologi agar dapat menjalankan tugasnya dengan baik sesuai dengan kurikulum yang berlaku.
Oleh karena itu, makalah ini menyajikan bagaimana menggunakan dan mnegintegrasikan teknologi dalam pembelajaran melalui konsep Blended Learning.Pembahasan lebih jauh mengenai Blended Learning, akan dibahas dalam bab II pada makalah ini.

B.     Rumusan Masalah

1.      Apakah Blended Learning itu?
2.      Bagaimana karakteristik Blended Learning?
3.      Apa kekurangan dan kelebihan  dalam pembelajaran Blended Learning?
4.      Bagaimana prosedur Blended Learning?
5.      Apa tugas kreatif yang harus dimiliki oleh pendidik dalam Blended Learning?
6.      Bagaimana strategi calon pendidik untuk memenuhi tuntutan pembelajaran Blended Learning?

C.    Tujuan

Setelah mempelajari makalah ini, diharapkan dapat meningkatkan pemahaman mengenai:
1.      Blended Learning dalam pembelajaran di sekolah.
2.      Karakteristik Blended Learning.
3.      Prosedur Blended Learning.
4.      Kekurangan dan kelebihan  dalam pembelajaran Blended Learning.
5.      Tugas kreatif yang harus dimiliki oleh pendidik dalam Blended Learning.
6.      Strategi calon pendidik untuk memenuhi tuntutan pembelajaran Blended Learning.





D.     

BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Blended Learning

Blended learning istilah yang berasal dari bahasa Inggris, yang terdiri dari dua suku kata, blended dan learning. Blended merupakan campuran, kombinasi yang baik. Sedangkan learning merupakan pembelajaran.
Gambar 1. Contoh Pembelajaran Blended Learning
Menurut Harding, Kaczynski dan Wood(2005), Blended learning merupakan pendekatan pembelajaran yang mengintegrasikan pembelajaran tradisonal tatap muka dan pembelajaran jarak jauh yang menggunakan sumber belajar online dan beragam pilihan komunikasi yang dapat digunakan oleh guru dan siswa. Pelaksanaan pendekatan ini memungkinkan penggunaan sumber belajar online, terutama yang berbasis web, tanpa meninggalkan kegiatan tatap muka. Dengan pelaksanaan blended learning ini, pembelajaran berlangsung lebih bermakna karena keragaman sumber belajar yang mungkin diperoleh.
Dengan demikian, Blended learning dapat diartikan sebagai proses pembelajaran yang memanfaatkan berbagai macam pendekatan. Pendekatan yang dilakukan dapat memanfaatkan berbagai macam media dan teknologi. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa blended learning adalah pembelajaran yang mengkombinasikan antara tatap muka (pembelajaran secara konvensional, dimana antara pendidik dan peserta didik saling berinteraksi secara langsung, masing-masing dapat bertukar informasi mengenai bahan-bahan pembelajaran), belajar mandiri (belajar dengan berbagai modul yang telah disediakan) serta belajar mandiri secara online.

1.      Unsur-unsur Blended Learning

Unsur-Unsur pembelajaran berbasis blended learning mengkombinasikan antara tatap muka dan e-learningyang memiliki 6 (enam) unsur, yaitu: (a) tatap muka (b) belajar mandiri, (c) aplikasi, (d) tutorial, (e) kerjasama, dan (f) evaluasi. Pembelajaran tatap muka dilakukan seperti yang sudah dilakukan sebelum ditemukannya teknologi cetak, audio visual, dan komputer, pendidik sebagai sumber belajar utama.

2.      Klasifikasi Blended Learning

Klasifikasi Blended Learninguntuk memahami e-Learning beberapa ahli mengklasifikasi berdasarkan karakteristik. Pada umumnya pembelajaran e-Learning atau online adalah "asynchronous", di mana pendidik/guru/dosen/instruktur dan orang yang belajar (siswa) tidak bertemu di saat yang sama. Ranganathan, Negash, dan Wilcox (2007) membagi empat jenis klasifikasi e-Learning, yaitu: (1)e-Learning tanpa kehadiran dan tanpa komunikasi, (2)e-Learning tanpa kehadiran tetapi dengan komunikasi, (3)e-Learning dikombinasikan dengan kehadiran sesekali, (4) e-Learning digunakan sebagai alat dalam mengajar di kelas.
Gambar 2. Blended Learning

B.     Karakteristik Blended Learning

1.      Karakteristik Blanded Leaning

Adapun karakteristik dari blended learning yaitu:
a)      Pembelajaran yang menggabungkan berbagai cara penyampaian, model pembelajaran, gaya pembelajaran, serta berbagai media berbasis teknologi yang beragam.
b)      Sebagai sebuah kombinasi pembelajaran langsung (face to face), belajar mandiri, dan belajar mandiri via online.
c)      Pembelajaran yang didukung oleh kombinasi efektif dari cara penyampaian, cara mengajar dan gaya pembelajaran.
d)     Guru dan orangtua peserta belajar memiliki peran yang sama penting, guru sebagai fasilitator, dan orangtua sebagai pendukung.

2.      Tujuan Blended Learning

Blended Learning memiliki tujuan, diantaranya:
a)      Membantu peserta didik untuk berkembang lebih baik di dalam proses belajar, sesuai dengan gaya belajar dan preferensi dalam belajar.
b)      Menyediakan peluang yang praktis realistis bagi pendidik dan peserta didik untuk pembelajaran secara mandiri, bermanfaat, dan terus berkembang.
c)      Peningkatan penjadwalan fleksibilitas bagi peserta didik, dengan menggabungkan aspek terbaik dari tatap muka dan instruksi online.
Kelas tatap muka dapat digunakan untuk melibatkan para peseta didik dalam pengalaman interaktif. Sedangkan kelas online memberikan peserta didik konten multimedia yang kaya akan pengetahuan pada setiap saat, dan di mana saja selama peserta didik memiliki akses internet

3.      Kategori Blended Learning

Blended learning memiliki dua kategori utama, yaitu :
1)      Peningkatan bentuk aktifitas tatap-muka. Banyak pendidik menggunakan istilah ‘blended learning’ untuk merujuk kepada penggunaan teknologi informasi dan komunikasi dalam aktifitas tatap-muka, baik dalam bentuknya yang memanfaatkan internet (web-dependent) maupun sebagai pelengkap (web-supplemented) yang tidak merubah model aktifitas.
2)      Hybrid learning : Pembelajaran model ini mengurangi aktifitas tatap-muka tetapi tidak menghilangkannya, sehingga memungkinkan peserta didik untuk belajar secara online.

4.      Metode Blanded Learning

Dengan membangun dan memiliki website sendiri, langkah awal untuk mulai menerapkan metode Blended Learning bisa diwujudkan, karena pada dasarnya metode Blended Learning merupakan :
Ø  Proses belajar-mengajar tidak hanya tatap muka, namun menambah waktu pembelajaran dengan memanfaatkan teknologi dunia maya.
Ø  Salah satu cara untuk mempermudah dan mempercepat proses komunikasi non-stop antara guru dan siswa.
Ø  Membantu proses percepatan pengajaran materi bahan ajar.
Ø  Sebagai pressure agar siswa mulai belajar memanfaatkan teknologi dengan benar dan untuk tujuan yang bermanfaat, sekaligus memahami bahwa selain hiburan teknologi juga bisa memperkaya pengetahuan sekaligus bahan pembelajaran.
Metode Blended Learning dengan salah satu komponen pembelajarannya yang menggunakan media interaktif merupakan salah satu solusi untuk menyesuaikan gaya belajar siswa dengan cara mengajar guru. Hal ini menjadi penting, karena proses transformasi materi dari guru kepada siswa harus tepat sasaran dan bisa dimengerti oleh siswa, sehingga proses belajar mengajar bisa berlangsung dengan baik dan menghasilkan generasi yang terdidik, yang mampu bersaing dan menjawab tantangan masa depan, serta berprestasi.
Bagan 1. Metode Blended Learning
Namun bukan berarti tidak ada solusi atau jalan keluar, karena dengan metode Blended Learning, guru dan siswa secara bertahap beradaptasi dengan kemajuan teknologi pendidikan namun tetap didukung metode yang biasa di lakukan yaitu tatap muka. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa dalam metode Blended Learning ada dua komponen pokok yaitu pengajaran dengan cara konvensional (tatap muka) dan melalui media elektronik. Blended Learning berangkat dari kelebihan yang terdapat pada cara pembelajaran secara tradisional, sehingga Blended Learning bertujuan untuk menggabungkan e-Learning dengan kelebihan yang ada pada pembelajaran tradisional. Dalam bahasa praktisnya, metode Blended Learning menawarkan kemungkinan untuk memperoleh keuntungan dari suatu kelas yang mendukung interaksi secara langsung dan fleksibilitas dari pembelajaran secara online.

C.    Prosedur Blanded Learning

Secara spesifik Profesor Steve Slemer (2005) dan Soekartawi (2005) menyarankan enam tahapan dalam merancang dan menyelenggarakan Blended Learning agar hasilnya optimal, yaitu :
Ø  Tetapkan macam dan materi bahan ajar.
Ø  Tetapkan rancangan dari Blended Learning yang digunakan.
Ø  Tetapkan format dari on-line Learning.
Ø  Lakukan uji terhadap rancangan yang dibuat.
Ø  Selenggarakan Blended Learning dengan baik dengan cara menyiapkan tenaga pengajar yang ahli dalam bidang tersebut.
Ø  Siapkan kriteria untuk melakukan evaluasi pelaksanaan Blended Learning.

D.    Kelebihan dan Kekurangan Blended Learning

Kelebihan blended learning:
Ø  Pembelajaran terjadi secara mandiri dan konvensional, yang keduanya memiliki kelebihan yang dapat saling melengkapi.
Ø  Pembelajaran lebih efektif dan efisien.
Ø  Meningkatkan aksesbiltas. Dengan adanya blended learning maka peserta didik semakin mudah dalam mengakses materi pembelajaran.
Kekurangan blended learning:
Ø  Media yang dibutuhkan sangat beragam, sehingga sulit diterapkan apabila sarana dan prasarana tidak mendukung.
Ø  Tidak meratanya fasilitas yang dimiliki peserta didik, seperti komputer dan akses internet. Padahal dalam blended learning diperlukan akses internet yang memadai, apabila jaringan kurang memadai akan menyulitkan peserta dalam mengikuti pembelajaran mandiri via online.
Ø  Kurangnya pengetahuan masyarakat terhadap penggunaan teknologi.
Ø  Tidak meratanya fasilitas yang dimiliki peserta didik, seperti komputer dan akses internet.

E.     Tagihan dan Tugas Kreatif Blended Learning

Blended learning menuntut pendidik untuk menguasai cara mengajar di kelas dengan baik, serta memiliki kemampuan teknologi yang memadai. Kemampuan teknologi yang dimaksud diantaranya adalah kemampuan mengoperasikan komputer serta software-nya, kemampuan menggunakan interctive white board, kemampuan mengelola web, dan kemampuan menggunakan mobilephone. Sedangkan peserta didik dituntut untuk memahami cara pengoperasian komputer dan memiki kemampuan dalam mengelola web dan mobilephone.
Proses pembelajaran fisika dengan blended learning di sekolah dasar dan menengah memiliki perbedaan. Hal ini sesuai tugas perkembangan peserta didik di tingkat dasar dan menengah yang berbeda.
Peserta didik tingkat dasar, tugas kreatif yang harus dimiliki, cukup dengan mengoperasikan komputer tingkat dasar. Proses pembelajarannya pun di dominasi oleh pembelajaran di ruang kelas. Pembelajaran di ruang kelas dilakukan dengan menyertakan berbagai eksperimen sederhana atau peragaan dari alat fisika sederhana untuk memahami konsep ipa, khususnya fisika. Sedangkan peserta didik tingkat menengah dituntut untuk dapat mengoperasikan komputer dan memiki kemampuan dalam mengelola web dan mobilephone.
Ketika tuntutan tersebut terpenuhi, maka kegiatan Blended Learning pun akan berjalan baik dan dapat meningkatkan kemampuan peserta didik sehingga tujuan instruksional pembelajaran dapat tercapai.

F.     Strategi Calon Pendidik untuk Menganisipasi Kebutuhan Pembelajaran

Pemenuhan kebutuhan pembelajaran di masa yang akan datang menuntut calon pendidik memiliki kemampuan teknologi selain dari kemampuan pedagogik. Hal tersebut dianggap penting  untuk menunjang keprofesionalan sebagai pendidik. Berikut adalah beberapa strategi yang dapat calon pendidik lakukan untuk mengantisipasi tuntutan pembelajaran di masa yang akan datang:
Ø  Melakukan pendalaman pemahaman mengenai mata pelajaran yang akan menjadi profesi pendidik kelak.
Ø  Mempelajari dan memahami dan peka terhadap kebutuhan pembelajaran sesuai tuntutan jaman.
Ø  Mempelajari menguasai bahasa asing, khusunya bahasa Inggris.
Ø  Mempelajari mengoperasikan komputer.
Ø  Mempelajari mengelola software dan web.
Ø  Mempelajari dan memahami model pembelajaran tatap muka dan non tatap muka, seperti online learning atau mobile learning.

G.    Model – Model Blanded Learning

Terdapat dua pendekatan BL yang dipraktekkan berbagai lembaga, baik perguruan tinggi ataupun perusahaan. Pertama adalah supplemental or enhancement model. Pendekatan ini mempertahankan struktur dasar pem belajaran atau pelatihan tradisional termasuk tatap muka dan textbook sertaaktivitas luar kelas secara teknologi. Model kedua, mereduksi berbagai aktifitas pertemuan dalam kelas menggantikannya dengan out-of-class, online, aktifitas belajar secara interaktif dan membuat perubahan signifikan pada pertemuan in-class . Model kedua ini disebut juga replacement model. Pada model pertama, pembelajaran relatif berlangsung secara elektronik sekalipun masih dalam koridor blended dengan F2F yang disimulasikan secara elektronik. Pendekatan ini lebih mendekati distance learning yang murni elektronik. Bersin menyebut model ini dengan frogram 12 flow model . Model ini pertama-tama sacara bertahap menciptakan kurikulum yang mengintegrasikan berbagai media ke dalam suatu program yang berurutan ( chronological ) atau ke dalam silabus. Program ini menganalogikan proses-proses pembelajaran kelas dan setiap bagian atau langkah ke dalam rangkaian yang serasi dimana suatu tahapan merupakan kelangsungan dari tahapan sebelumnya. Program ini memuat outline yang jelas dan memudahkan pembelajar menyerap materinya secara linear. Pada akhir program, berisi latihan-latihan atau soal-soal untuk mengukur pencapaian pembelajaran secara total (Lihat gambar 3).
Model kedua lebih menekankan pada reduksi waktu belajar di dalam kelas dengan aktifitas luar kelas seperti online dan aktifitas interaktif lainnya tanpa meninggalkan F2F. Pendekatan ini dapat dilihat dalam “core- and-spoke” model. Pada model ini, desainer akan menciptakan suatu pendekatan pelatihan fundamental (biasanya onsite classroom atau web-based courseware ) dan kemudian menyiapkan berbagai material, program-program interaktif, resources, dan assesment termasuk material pendukung. Pada model ini disiapkan berbagai exercises atau berbagai referensi secara multi media sekalipun tidak disusun detil step-by-step seperti halnya pada program flow model.


BAB III
PENUTUP

A.    Simpulan

Blended learning dapat diartikan sebagai proses pembelajaran yang memanfaatkan berbagai macam pendekatan. Pendekatan yang dilakukan dapat memanfaatkan berbagai macam media dan teknologi.Unsur-Unsur pembelajaran berbasis blended learning mengkombinasikan antara tatap muka dan e-learningyang memiliki 6 (enam) unsur, yaitu: (a) tatap muka (b) belajar mandiri, (c) aplikasi, (d) tutorial, (e) kerjasama, dan (f) evaluasi.
Ranganathan, Negash, dan Wilcox(2007), membagi empat jenis klasifikasi e-Learning, yaitu: (1)e-Learning tanpa kehadiran dan tanpa komunikasi, (2 e-Learning tanpa kehadiran tetapi dengan komunikasi, (3)e-Learning dikombinasikan dengan kehadiran sesekali, (4) e-Learningdigunakan sebagai alat dalam mengajar di kelas.
Blended learning memiliki dua kategori utama, yaitu peningkatan bentuk aktifitas tatap-muka, dan Hybrid learning. Blended learning memiliki berbagai kelebihan dan kekurangan. Beberapa strategi yang dapat calon pendidik lakukan untuk mengantisipasi tuntutan pembelajaran di masa yang akan datang menggunakan Blended Learning:
Ø  Melakukan pendalaman pemahaman mengenai mata pelajaran yang akan menjadi profesi pendidik kelak.
Ø  Mempelajari dan memahami dan peka terhadap kebutuhan pembelajaran sesuai tuntutan jaman.
Ø  Mempelajari menguasai bahasa asing, khusunya bahasa Inggris.
Ø  Mempelajari mengoperasikan komputer.
Ø  Mempelajari mengelola software dan web.
Ø  Mempelajari dan memahami model pembelajaran tatap muka dan non tatap muka, seperti online learning atau mobile learning.

B.     Saran

Pendidik atau calon pendidik hendaknya memiliki kemampuan teknologi yang mumpuni agar proses pembelajaran menggunakan program Blended Learning dapat berjalan dengan baik dan berfungsi sebagaimana mestinya.

DAFTAR PUSTAKA

Rusman. 2011. Teknologi Informasi dan Komunikasi. Bandung: UPI
Noer, Muhammad.2010. Blended Learning Mengubah Cara Kita Belajar Di Masa Depan. [online]. Tersedia: http://www.muhammadnoer.com/2010/07/blended-learning-mengubah-cara-kita-belajar-di-masa-depan/. Diakses tanggal 01 Februari 2014



1 komentar: